Mau tinggal di rumah sendiri atau tetap tinggal di rumah orang tua, pengantin-pengantin baru di luar sana punya pertimbangan sendiri-sendiri. Tapi tinggal sendiri selepas menikah meski cuma mengontrak lebih baik daripada terus menumpang orang tua. Ini dia alasannya! sebagai alasan. (Foto cover: ilustrasi rumah kontrakan, sumber)
1. Memulai hidup mandiri
Sedari kita lahir ke dunia ini berkat jasa ibu kita, kita udah dirawat sama orang tua kita. Mereka menjaga dan mengasihi kita dengan tulus dan ikhlas, kita hidup selalu bergantung sama mereka karena kita belum bisa apa-apa. Nah, setelah kita dewasa, udah bisa menghidupi diri sendiri, dan bisa berkeluarga, udah saatnya kita memulai hidup mandiri.
Hidup mandiri bukan berarti kita melupakan orang tua kita ya gan, tapi kita memulai untuk terbiasa bertahan hidup dengan kemampuan sendiri, ga selalu mengandalkan orang tua lagi. Contoh kecilnya memasak, yang dulunya kita kalau mau makan tinggal makan, sekarang berusahalah untuk menyiapkan makanan untuk kita dan keluarga kita sendiri.
2. Menghindari konflik dengan orang tua
Namanya juga tinggal bareng dibawah atap yang sama, gak menutup kemungkinan bakal ada hal-hal yang bikin perasaan kita atau orang tua kita gak enak. Entah itu masalah kecil, kayak kurang rapi kalo kerja, atau kalo bangun kesiangan, yang bikin mereka mengeluarkan kata-kata yang gak enak buat kita, dan kita pun bisa merasa tinggal disana gak ngebantu apa-apa, malah tambah nyusahin. Biasanya ini dialami oleh menantu dan mertua hihihi. Solusi tepat ya lebih baik tinggal terpisah dari mereka, mau itu ngontrak atau beli rumah sekalian.
3. Bekerja lebih keras
Dulu waktu masih anak-anak sampe remaja, kita terbiasa hidup enak karena diurus sama orang tua, mau makan tinggal ke dapur, baju dicuciin, uang jajan dikasih setiap hari, belum lagi biaya sekolah kita yang gak sedikit. Nah, sekarang ini setelah kita menikah, saatnya kita bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan keluarga kita sendiri.
Terutama buat cowok ya, pada saat kita udah nikah, kita gak cuma cari uang buat diri sendiri tapi juga buat istri dan anak-anak kita. Kita udah gak bisa lagi tuh males-malesan atau santai kerja. Kita harus inget kalo kita punya anggota keluarga yang harus kita nafkahi, bukan hanya untuk hari ini tapi untuk selamanya. Untuk itu harus SEMANGAT cari uang.
4. Bebas mengatur rumah
Kalo punya rumah sendiri, kita bakal lebih leluasa buat mengatur semuanya. Entah itu dari soal dekorasi rumahnya atau juga soal rumah tangga kita sendiri. Kalo masih nebeng dirumah orang tua mana bisa kita ngatur-ngatur, toh orang tua kita udah punya aturan lebih dulu disana, dan gak mungkin kita mau ngerubah sendiri tanpa persetujuan mereka.
5. Masalah dengan pasangan, gak perlu sampe kedengeran orang tua
Namanya juga hidup berumah tangga, nantinya bakal ada masa-masa dimana kita dan pasangan akan dihadapkan pada sebuah konflik yang membuat kita berdua bersitegang, bisa-bisa saling mencaci, iya kan? Kebayang gak kalo misalnya kita tinggal sama orang tua, terus pas kita lagi ada masalah sama pasangan kita bertengkar disana, kita diem-dieman, dan itu semua gak luput dari perhatian orang tua.
Kan enak kalo tinggal terpisah dari orang tua, jadi mereka gak akan tau boroknya rumah tangga kita. Selain hal itu bakal bikin kita malu, memang yang namanya masalh rumah tangga itu lebih baik cukup kita dan pasangan aja yang tau, orang lain apalagi orang tua, itu gak perlu tau deh tentang persoalan rumah tangga kita.
6. Merasakan bagaimana rasanya jadi orang tua
Kita yang terbiasa hidup serba mudah dulu, pasti bakal sulit banget untuk hidup mandiri tanpa bantuan orang tua lagi. Dulu kita diasuh, dirawat dan dipenuhi semua kebutuhannya oleh orang tua. Sekarang waktunya kita yang merasakan jadi pencari nafkah, jadi perawat dan jadi pembimbing yang baik untuk anak-anak kita, sehingga nantinya anak kita akan menjadi anak yang baik dan berguna bagi keluarga, agama, nusa dan bangsa.
Dari situ kita nantinya bakal ngerasain dah gimana rasanya berjuang sekuat tenaga buat menghidupi keluarga kita. Dan kita bakal sadar betapa hidup itu keras, dan apa yang dilakukan orang tua kita itu gak mudah, mereka berusaha sekuat tenaga mencari nafkah dan merawat anak-anaknya tercinta.
7. Mengembangkan diri di lingkungan baru
Welcome to the new life, the real story of life! Ini hidup yang sebenarnya gan, ente bukan lagi dikenal sebagai anaknya Bapak Rido atau anaknya Ibu Rida, tapi ente bakal dikenal sebagai Bapak Radi, ente adalah pemimpin dari keluarga ente sendiri. Ini sama halnya dengan kita punya perusahaan, kita harus bisa mengatur perusahaan itu sebaik mungkin, biar bisa dikenal sama orang dengan reputasi yang baik, kita harus punya karyawan yang berprestasi dan punya loyalitaas tinggi agar perusahaan bisa berjalan dengan baik tanpa hambatan yang berarti. Bagaimana lingkungan kita menilai kita adalah tergantung bagaimana kita bersikap dengan tetangga, bagaimana cara kita mendidik keluarga kita bergaul dengan baik. Ini adalah cara kita untuk mengembangkan diri di lingkungan yang baru.
Hidup terpisah dari orang tua akan membuat kita semakin mengerti apa artinya hidup, dan akan membuat kita semakin menghargai hidup, karena kita sadar betapa hidup itu keras, dan kita harus bertahan demi keluarga kita tercinta. Yuk, yang masih numpang sama orang tua, kita sama-sama berdoa dan berusaha, semoga segera dikasih rezeki untuk beli rumah sendiri. Orang tua juga pasti ikut bahagia dan bangga kalo kita bisa hidup mandiri lho.
Berbuat Baiklah pada Tetangga, sebab Mereka Penyelamat Terdekat Kita
Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Hero, My Inspiration ini. (Foto cover: ilustrasi, sumber)
Seminggu setelah menikah, aku langsung diboyong pria yang telah menjadi suamiku pergi merantau ke ibu kota. Awalnya tidak mudah bagiku menyesuaikan diri di tempat baru dan orang-orang baru karena kepribadianku yang introver. Untungnya kami tinggal di kawasan kampung Betawi di mana masyarakatnya terkenal baik hati dan ramah pada para perantau.
Suamiku juga selalu berpesan, agar selalu berbuat baik dan menjaga silaturahmi dengan tetangga, karena di rantau ini kami tidak ada keluarga dekat, maka merekalah yang dianggap sebagai keluarga kami. Suamiku berkata benar, ada banyak peristiwa sulit yang aku alami di mana para tetanggaku berperan sebagai penyelamat.
Setelah anak pertamaku lahir, kami kesulitan mencari baby sitter yang bisa dipercaya untuk menjaga bayi kami, padahal waktu cuti melahirkanku akan segera habis. Kami sudah mencari ke mana-mana tetapi masih belum ada yang cocok. Mencari baby sitter memang lebih sulit dibandingkan ART karena tentunya baby sitter harus orang yang telaten menjaga anak dan bisa dipercaya ketika ditinggal berdua saja dengan anak.
Tetangga Menjadi Penyelamat
Di saat kami hampir putus asa dengan sisa cuti melahirkan yang tinggal menghitung hari, tetangga sebelah rumah menawarkan diri untuk membantu. Beliau memang ibu rumah tangga dan kedua anaknya sudah bersekolah, jadi memiliki waktu luang hingga menjelang sore. Suamiku yang sudah tinggal di kawasan kampung Betawi ini sejak kuliah dulu tentunya sudah mengenal baik beliau. Beliau memang sudah terkenal baik dan menyukai anak-anak serta sabar ketika berhadapan dengan anak-anak.
Aku pun setuju. Pada saat itu aku benar-benar bersyukur dan merasa beliau adalah seorang penyelamat.
Di lain waktu, aku dibuat panik dan bingung ketika anak keduaku tiba-tiba demam tinggi. Saat itu aku di rumah hanya bersama anak-anak karena kebetulan suami sedang dinas di luar kota. Aku ingin segera ke rumah sakit tapi hari sudah malam dan tidak ada kendaraan. Di tengah kepanikanku, tetangga depan rumah datang menghampiri mungkin karena mendengar suara ribut-ribut di rumah. Singkat cerita, tetanggaku menawarkan untuk mengantar ke RS terdekat. Alhamdulillah, si adek segera cepat ditangani meskipun diharuskan dirawat di RS. Selama beberapa hari di RS, para tetangga sangat banyak membantuku.
Mulai dari membawakan barang-barang kebutuhan menginap di RS hingga menjenguk dan menemaniku di RS sampai suamiku kembali dari tugas dinasnya.
Ini hanya sedikit cerita dari my neighbors are my heroes. Ada banyak lagi kejadian di mana aku merasa terselamatkan oleh kebaikan tetangga. Sungguh pun kami hidup di rantau tanpa keluarga kandung, tetangga-tetanggaku ini sudah layaknya seperti keluarga sendiri. Ingatlah selalu untuk berbuat baik dan saling bantu dengan tetangga, karena merekalah penyelamat yang paling dekat dan paling cepat untuk membantu di saat sulit.
Tags: #berbuat baiklah pada tetangga #perbandingan rumah mertua dengan rumah kontrakan
Related Post "Senyaman-nyamannya Rumah Mertua, Masih Enakan di Kontrakan Berdua, Meski Hidup Seadaanya"