Mertua Fredy Pratama Ternyata Bos Kartel Narkoba di Segitiga Emas

719 views


Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Mukti Juharsa mengatakan mertua Fredy Pratama ternyata bos kartel narkoba di kawasan Segitiga Emas atau Golden Triangle.

“Mertuanya Fredy kan kartel di sana (Segitiga Emas),” kata Mukti saat dihubungi Tempo, Jumat, 15 September 2023.

Mukti mengatakan mertua Fredy Pratama adalah warga negara Thailand yang menjadi bos kartel narkoba di kawasan peredaran narkoba dunia tersebut. “Karena istri adalah orang Thailand dan mertuanya diduga adalah kartel narkotika di daerah Thailand,” ujar Mukti.

Mukti Juharsa mengatakan jaringan narkoba Fredy Pratama mengambil produk mereka dari kawasan Segitiga Emas atau Golden Triangle.

Kawasan “Segitiga Emas” atau Golden Triangle di Asia Tenggara telah menjadi pusat perekonomian narkoba dan sumber penting narkotika dunia. Dikutip dari situs US Department of Justice, 14 September 2023, Segitiga Emas mencakup sebagian Burma, Cina, Laos, dan Thailand. Dalam sejarahnya, daerah ini menyediakan kondisi ideal untuk penanaman opium yang dimulai pada abad ke-16 dan ke-17.

Heroin menjadi komponen utama perdagangan opium setelah Perang Dunia II, dan permintaan heroin oleh pasukan Amerika Serikat selama Perang Vietnam membantu mengubah perekonomian opium di Segitiga Emas menjadi perekonomian heroin yang besar dan menguntungkan. Perdagangan narkoba kini mempengaruhi setiap aspek politik di wilayah tersebut.

“Betul. Di-packaging di sana untuk dibawa ke Malaysia, baru drop ke Indonesia,“ kata Mukti.

Sementara itu Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Komisaris Besar Jayadi mengatakan Fredy berperan sebagai pengendali antara produsen narkotika luar negeri dengan distributor di Indonesia.

Jayadi menjelaskan, berdasarkan hasil investigasi, Fredy tidak memiliki pabrik, tetapi sebagai pengendali antara pemilik barang yang ada di luar negeri dengan jaringan yang ada di Indonesia.

“Kepastian sumber barang masih dalam penyidikan,” kata Jayadi saat dihubungi Tempo, Jumat, 15 September 2023.

Fredy Pratama Terdeteksi Kendalikan Narkoba dari Thailand,Diduga Telah Jalani Operasi Plastik

Bandar besar narkoba jaringan internasional, Fredy Pratama terdeteksi kendalikan narkoba dari Thailand, diduga jalani operasi plastik.

Bandar narkoba kelas kakap, Fredy Pratama masih jadi buronan polisi.

Keberadaan Fredy Pratama yang buron sejak 2014 kini terus diburu.

Fredy Pratama merupakan bandar besar sindikat peredaran gelap narkoba jaringan internasional.

Ia sempat terdeteksi dan mengendalikan peredaran gelap narkoba dari Thailand.

Polri kemudian melakukan kerja sama dengan kepolisian dan imigrasi Thailand.

Tidak hanya Thailand, dalam operasi pengungkapan kasus Fredy Pratama, Polri juga bekerja sama dengan kepolisian Malaysia, hingga Badan Narkotika Amerika US DEA.

Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada menyebut, Fredy Pratama diduga mengendalikan bisnis peredaran narkoba dari Thailand.

Polisi mengklaim pengungkapan kasus Fredy Pratama kali ini merupakan pengungkapan sindikat kasus narkoba terbesar se-Indonesia.

Polisi menyebut Fredy Pratama memiliki banyak nama samaran atau inisial, mulai dari Miming, The Secret, Cassanova, Air Bag dan Mojopahit.

Fredy Pratama menjadi buron sejak 2014, PPATK mencatat ada perputaran uang atau transaksi sindikat narkoba internaisonal Fredy Pratama mencapai Rp51 triliun.

Sejak 2020 total ada 408 laporan polisi yang diungkap Polri dengan jumlah tersangka sebanyak 884 orang.

Sedangkan 39 tersangka yang ditangkap kali ini merupakan hasil pengembangan dari Operasi Escobar Indonesia yang dimulai dari periode Mei 2023.

Selain menangkap kaki tangan Fredy, aset para tersangka yang nilainya ditaksir mencapai Rp10,5 triliun juga disita.

Selain menangkap 39 anak buah Fredy Pratama, Polri juga mengusut tindak pidana pencucian uang.

Sindikat yang sudah lama jadi incaran Polri itu diduga telah menyebarkan seratus hingga 500 kilogram narkotika jenis sabu ke dalam negeri.

Diduga Operasi Plastik

Direktur Tindak Pidana Narkoba (Dirtipidnarkoba) Bareskrim Polri, Brigjen Mukti Juharsa, mengatakan bahwa Fredy Pratama diduga telah melakukan operasi plastik untuk mengelabui polisi

“Ya ada kemungkinan dia mengubah wajah muka ya. Ya mau operasi plastik kita enggak tahu, dia mengubah identitas diri,” kata Brigjen Mukti Juharsa kepada wartawan, Rabu (13/9/2023).

Mukti mengatakan, Fredy adalah tersangka Bareskrim yang masuk daftar pencarian orang (DPO) sejak 2014.

Meski belum ditangkap, Mukti menekankan polisi telah menyita semua aset Fredy di Indonesia. Polisi berupaya untuk memiskinkan bandar kelas kakap itu.

“Semua asetnya di Kalsel, Jawa Timur, di Yogyakarta, di Kalteng, semua kita sita. Di Kalsel semua habis dan Bali,” tegasnya

“Ya kita maksimalkan juga, ya mohon doa restunya lah. Kan dia lokasinya bukan di Indonesia, di luar negeri,” sambung Mukti.

500 Kilogram Sabu Diedarkan di Indonesia Setiap Bulan

Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada, mengatakan pihaknya berhasil menangkap 39 anak buah dari Fredy Pratama.

Wahyu menyebut, Fredy Pratama merupakan salah satu gembong narkoba terbesar di Indonesia dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014.

“Setelah dicek dan didalami oleh melalui analisa yang dilakukan oleh tim di Mabes Polri, ditelusuri bahwa sindikat yang mengedarkan narkoba di Indonesia bermuara pada satu orang (yaitu) Fredy Pratama,” katanya dalam konferensi pers di Lapangan Bhayangkara, Jakarta, Selasa (12/9/2023) dikutip dari YouTube Kompas TV.

Wahyu mengungkapkan setiap bulannya sindikat Fredy Pratama memasok narkoba hingga 500 kilogram.

“Setiap bulannya sindikat ini mampu menyelundupkan sabu dan ekstasi masuk ke Indonesia dengan jumlah mulai dari 100 kilo sampai 500 kilo dengan menyamarkan sabu ke dalam kemasan teh,” tuturnya.

Pada saat penangkapan dilakukan, Bareskrim Polri turut menyita barang bukti berupa 10,2 ton sabu yang disebut akumulasi dari periode 2020-2023.

“Tahun 2020-2023 ada 408 laporan polisi dan total barang bukti yang disita sebanyak 10,2 ton sabu yang terafiliasi dengan kelompok Fredy Pratama,” kata Wahyu.