Rp 1,4 Miliar Digelontorkan, Kakek Ini Berakhir Diselingkuhi Mahasiswi yang Terlanjur Dia Nikahi dengan Mahar Fatastis, Begini Kisahnya


Pernikahan beda umur yang terpaut jauh memang sudah biasa terjadi di kalangan masyarakat sekarang.

Dikutip Gridhot dari Grid.ID, sebut saja Sule dan Nathalie Holscher atau Anang Hermansyah dengan Ashanty yang terpaut cukup jauh.

Namun sayangnya tak semua pernikahan beda umur jauh ini bisa berhasil sempurna.

Seperti pernikahan kakek-kakek dengan seorang mahasiswi di Sulawesi Selatan ini.

Dikutip Gridhot dari Sosok.ID dan melansir dari Nakita.ID, kakek bernama A Tajuddin Kammisi itu menikah pada Sabtu, 22 April 2017 silam.

Pernikahan tersebut digelar di Desa Liliriangan, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Utara.

Saat itu ia berusia 70 tahun menikahi seorang gadis bernama Andi Fitri.

Saat dinikahi, Andi Fitri masih berstatus sebagai mahasiswi jurusan Ekonomi di Universitas Bosowa.

Pernikahan kakek Tajuddin dan Andi kala itu begitu menghebohkan masyarakat Indonesia.

Hal itu dikarenakan jumlah mahar yang diberikan Tajuddin untuk Andi.

Tak main-main, mantan Sekretaris Daerah (Sekda) sekaligus mantan Wakil Wali Kota Parepare ini memberikan uang panai kepada Andi sebesar Rp 150 juta.

Emas seberat 200 gram juga diberikan kakek Tajuddin untuk Andi.

Tak cukup sampai di sit, Andi juga dibelikan mobil seharga Rp 600 juta dan satu unit rumah tipe 45 di Makassar seharga Rp 700 juta.

“Jika ditotal semua pemberian mempelai pria bisa jadi sampai Rp 1,4 miliar atau lebih,” kata Kepala Desa Liliriawang, seperti dikuitp dari Tribun Timur.

Sayangnya, pernikahan mewah itu tak bertahan lama.

Sembilan bulan kemudian, kakek Tajuddin meutuskan untuk menggugat cerai Andi.

Usut punya usut, perceraian keduanya disebut-sebut karena adanya orang ketiga.

Dimana Andi lah yang kabarnya kepergok selingkuh dengan pria lain.

Kakek Tajuddin mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Watampone pada 3 Januari 2018.

“Termohon telah menjalin hubungan/pacaran dengan seorang laki-laki yang tidak dikenal sebelumnya,” demikian isi gugatan termohon sebagaimana dilayangkan ke Pengadilan Agama Watampone.

Andi dan Kakek Tajuddin akhirnya resmi bercerai pada 17 September 2018 lalu.

Pada sidang yang digelar secara tertutup kala itu Hakim Ketua Drs Adaming SH. MH bertindak sebagai hakim ketua.

Ia dibantu dua hakim anggota, yakni Dra. Hj Munawwarah SH. MH dan Drs. Muh Arafah Jalil SH. MH membacakan perkara tersebut.

Baik A Tajuddin Kammisi maupun Andi Fitri, masing-masing hanya diwakili oleh kuasa hukumnya.

“Bapak Tajuddin sangat bersyukur akhirnya pengajuan perceraiannya dikabulkan, ini berjalan kurang lebih delapan bulan,” kata Andi Aswar Azis SH CIL, kuasa hukum Kakek Tajuddin.

Gak Ngerti Gue! Kenapa Yang Ibadahnya Rajin Tetap Misqin, Tapi Yang Sering Maksiyat Malah Lebih Kayah?

Tengok di lingkungan sekitar kita. Entah itu teman dan saudara yang jarang sholat apalagi zikir dan tanpa amalan-amalan tertentu, namun mereka bisa kaya dan makmur hidupnya.

Sebaliknya, mereka yang sering sholat dan zikir, hidupnya justru biasa-biasa saja.

” Yang rajin sholat malah susah dan miskin
Yang tidak pernah solat malah kaya raya
Yang muslim banyak yang bodoh
Yang kafir malah banyak yang pintar-pintar”

Celotehan seperti itu kerap kita dengar. Meski tak semua seperti itu, namun fakta demikian sering kita jumpai.

Mereka yang beriman lemah pasti mempertanyakan kenyatan itu. Mengeluh karena tak bisa hidup seperti mereka meski sudah beribadah dengan kencang.

Namun, seharusnya seorang muslim yang baik menyandarkan segala sesuatu kepada Allah yang Maha Besar, pencipta langit dan bumi. Dan tidak mengeluh seperti itu.

Inikah Penyebab Mereka Dilimpahi Rezeki

Bisa jadi, yang mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang yang gemar maksiat. Ia tempuh jalan kesyirikan, lewat ritual pesugihan misalnya, dan benar ia cepat kaya.

Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj.

Istidraj artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.

Tuntunan Rasulullah

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

” Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).

Kalau Masih Sayang Sama Istri, Para Suami Berhentilah Merokok!

Miris… Perempuan bersuami perokok umumnya tidak tahu tengah menghadapi risiko kanker Paru-paru. Lebih mirisnya lagi, suami tidak sadar bahwa rokok yang dia hisap begitu berbahaya bagi istri dan keluarga. Bukan tanpa sebab, begini penjelasan Dokter Paru! Istri dengan suami perokok otomatis menjadi perokok pasif karena ikut menghirup asap dan paparan polutan lainnya. Paparan asap rokok dalam waktu lama berisiko memicu serangan kanker pada istri dan orang terdekat di lingkungannya. Hal tersebut diperburuk dengan lingkungan yang dipenuhi udara berpolusi. (foto cover: ilustrasi)

“Faktor risiko terkena kanker paru pada perempuan dengan suami perokok memang lebih besar, meski belum ada angka tepatnya. Risiko ini lebih besar karena mereka hidup bersama dan menghirup udara yang sama,” kata dokter ahli paru Jamal Zaini dari RSUP Persahabatan, Rabu (10/10/2018) seperti dilansir dari health.detik.com.

Perempuan bersuami perokok umumnya tidak tahu tengah menghadapi risiko yang sama. Bahan pencetus kanker dari rokok bahkan juga menempel di seluruh perlengkapan rumah tangga. Materi karsinogen ini bersiko terhirup perempuan saat suaminya sedang tidak merokok. Materi karsinogenik tersebut merusak paru dengan perlahan, hingga tubuh tak bisa lagi memperbaikinya.

Lantas apa solusinya? Solusi utama adalah suami segera berhenti merokok. Kondisi ini bisa diperbaiki apabila suami segera berhenti merokok. Upaya preventif lain adalah menjaga pola makan, olahraga, serta berada sejauh mungkin dari rokok. Oleh karena itu. Jika suami masih sayang sama diri sendiri, sayang sama istri dan juga keluarga, maka berhentilah merokok. (Sumber: wajibbaca)

Dampak Rokok Lebih Berbahaya bagi Perokok Pasif Ketimbang Orang yang Tidak Terpapar

Bahaya merokok pada perokok pasif selama ini memang sudah banyak diketahui. Namun, ini seakan membuat para perokok aktif untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Persahabatan yang dilakukan di Jakarta Timur tahun 2014 menemukan, kadar karbon dioksida atau CO2 dari beberapa ibu rumah tangga yang tidak merokok, angkanya mencapai dua kali lipat dibandingkan mereka yang benar-benar tidak terpapar.

Dalam temu media di gedung Kementerian Kesehatan pada Selasa (28/5/2019), dokter Agus Dwi Susanto, spesialis paru dan ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga memaparkan bahwa kadar nikotin dalam urine pada perokok pasif berkali-kali lipat lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak terpapar.

Dalam studi yang dilakukan di 2014, ibu rumah tangga yang merupakan perokok pasif memiliki kadar nikotin dalam urine 44,458 ng/ml dibandingkan dengan yang tidak terpapar yaitu hanya 11,429 ng/ml. Sementara, pada anak-anak mencapai 45,29 ng/ml dibandingkan anak yang tidak terpapar sebesar 9,98 ng/ml.

“Artinya, seorang perokok aktif di rumah memberikan bahaya. Nikotinnya terhirup juga oleh orang-orang di sekitarnya. Baik istrinya, empat kali lipat kandungannya dan pada anak-anak mencapai lima kali lipat,” kata Agus menjelaskan.

Dalam jangka panjang, mereka yang hanya terpapar rokok juga rentan penyakit. Agus mengatakan, ada beberapa efek negatif yang lebih terlihat pada perokok pasif.

“Nikotin dampaknya lebih banyak ke kardiovaskuler, dampaknya pada jantung dan pembuluh darah, juga risiko stroke. Itu yang biasanya terkena pada perokok pasif,” ujar Agus. Beberapa efek berbahaya lain sebagai seorang perokok pasif salah satunya juga penurunan fungsi paru. Dampaknya bahkan sama dengan mereka yang memiliki kebiasaan merokok aktif.

Agus mengatakan, penurunan fungsi paru pada perokok aktif terjadi lebih cepat ketimbang mereka yang tidak merokok. Padahal, hal itu sudah terjadi secara alamiah seiring berjalannya usia. Selain itu, beberapa risiko lain adalah kanker paru juga bisa terjadi pada perokok pasif. Angkanya mencapai dua sampai tiga kali lebih besar daripada mereka yang tidak merokok.