Telanjangi Pengungsi Palestina,Tentara Israel Tak Temukan Bukti Infrastruktur Hamas di RS Al-Shifa


Pasukan Israel (IDF) dilaporkan menarik diri dari Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, Palestina, Kamis (16/11/2023).

Penarikan pasukan ini menyusul kabar tidak ditemukannya bukti adanya infrastruktur terkait Hamas di rumah sakit tersebut.

Sebelumnya, Israel mencurigai kalau Rumah Sakit Al-Shifa adalah pusat komando Hamas.

Reuters melaporkan pada Rabu, 15 November kalau Militer Israel mengklaim tentaranya mengindikasikan adanya infrastruktur Hamas selama penyerangannya terhadap rumah sakit Al-Shifa di Jalur Gaza.

Infrastruktur yang dimaksud adalah terowongan dengan jaringan berlapis yang digunakan sebagai pusat komando.

“Namun, IDF tidak memberikan bukti visual apa pun,” tulis laporan Reuters

Berbicara di CNN, juru bicara militer Letnan Kolonel Richard Hecht mengklaim kalau lebih banyak informasi akan diberikan pada siang hari.

“Kami memahami, terdapat infrastruktur Hamas yang cukup besar di wilayah tersebut, di sekitar rumah sakit. Mungkin di bawah rumah sakit, dan itu adalah sesuatu yang sedang kami kerjakan. Ini akan memakan waktu. Perang ini adalah perang yang kompleks,” kata Hecht.

Sebagai tanggapan, Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, “(Klaim ini) tidak lain hanyalah kelanjutan dari kebohongan dan propaganda murahan, yang melaluinya (Israel) mencoba memberikan pembenaran atas kejahatannya yang bertujuan menghancurkan sektor kesehatan di Gaza.”

Juga pada Rabu, IDF kemudian memutuskan untuk menyerbu masuk ke dalam kompleks Rumah Sakit Al-Shifa.
Pasukan Israel menyerbu rumah sakit tersebut saat fajar kemarin, setelah mengepungnya selama enam hari.

Telanjangi Pengungsi, RS Berubah Menjadi Pusat Penahanan dan Interogasi
Laporan Memo menyebut, pasukan Israel masuk lewat gedung bedah dan ruang gawat darurat.

Pasien dan staf medis lalu diperintahkan untuk pindah ke tengah halaman timur sementara tentara Israel meledakkan pintu bagian dalam dan bergerak melewati ruangan-ruangan departemen.

Area di sekitar rumah sakit dibombardir oleh tank. Tentara Israel juga melarang kelanjutan penguburan jenazah pasien di halaman rumah sakit tersebut.

Dilansir Memo, sumber staf medis menambahkan kalau pasukan pendudukan Israel menempatkan kamera pengenal wajah dan gerbang elektronik di halaman rumah sakit.

Selain itu mereka memaksa para pengungsi untuk melepas pakaian mereka sebelum menahan mereka.

Dokter, pasien, dan pengungsi diinterogasi.

Kelompok Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jenewa, Euro-Med Monitor menyatakan, sejurus kemudian, tentara Israel mengubah rumah sakit itu menjadi barak militer dan pusat penahanan.

“Euro-Med Monitor mengungkapkan ketakutannya akan pembunuhan dan eksekusi ketika timnya mendokumentasikan tembakan sporadis di rumah sakit sejak menit-menit awal penggerebekan,” bunyi pernyataan Euro-Med Monitor.

Pernyataan lembaga itu menambahkan, “Kompleks al-Shifa tidak menyaksikan adanya tembakan di lokasi selain dari pasukan Israel.”

“Tentara Israel adalah satu-satunya pihak yang mengendalikan lokasi di dalam Kompleks Medis al-Shifa” karena “tidak ada pihak ketiga atau organisasi internasional yang diizinkan berada di dalam, sehingga menimbulkan keraguan terhadap narasi Israel yang akan dirilis nanti,” kata mereka

“Tentara Israel sengaja membesar-besarkan tujuan penyerbuan Kompleks al-Shifa selama beberapa hari terakhir, menggambarkannya sebagai target militer, dan menghasut tentaranya untuk menggempur fasilitas medis,” kata pernyataan itu juga.

Pembohong Kronis
Seorang dokter Norwegia yang bertugas di Jalur Gaza kepada Anadolu Agency (AA) Turkiye pada tanggal 3 November menyebut, Israel memang memiliki sejarah yang terdokumentasi secara baik dalam menargetkan ambulans, rumah sakit, fasilitas kesehatan primer, dan profesional kesehatan

“Selama tiga minggu terakhir, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah mendokumentasikan lebih dari 100 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza dan Tepi Barat,” kata Dr Mads Gilbert, yang telah bekerja selama 16 tahun di Rumah Sakit Al-Shifa. .

Sebagai informasi, kata dia, Israel selama bertahun-tahun punya kecurigaan kalau Hamas menggunakan Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, sebagai kedok untuk operasi mereka.

Mengomentari klaim Israel bahwa fasilitas tersebut berfungsi sebagai markas utama Hamas, Gilbert mengatakan kalau dia belum pernah menemukan indikasi adanya “pusat komando militer”.

“Jika mereka (Israel) begitu yakin dengan pusat komando yang telah mereka bicarakan selama 16 tahun ini, di mana buktinya?” Gilbert bertanya.

“Mengapa sistem intelijen Israel yang brilian ini tidak mampu memberikan bukti apa pun?” tambahnya.

Dia juga membandingkan klaim Israel dengan bukti “palsu” kepemilikan Irak atas senjata pemusnah massal yang diajukan Amerika Serikat (AS) untuk membenarkan invasi mereka ke Irak pada tahun 2003.

“Ini semua adalah kebohongan perang. Israel adalah… pembohong kronis,” tambahnya.

Israel membuat klaim seperti itu terhadap Al-Shifa karena, “Jika Anda tidak terbunuh dalam pemboman Israel, mereka ingin membuat Anda kelaparan, membuat Anda haus, membuat Anda berdarah, dan membuat Anda takut sampai mati,” tambahnya.

Sejak Sabtu, rumah sakit Al-Shifa tidak mempunyai listrik dan bahan bakar untuk menjalankan generator, yang menyebabkan kematian seorang bayi di inkubator, The New York Times melaporkan.

Menurut CNN, tiga bayi di unit neonatal meninggal, dan dokter terpaksa menggunakan pernapasan buatan dengan tangan saat merawat 36 bayi.

Israel Klaim Temukan Bukti, Terowongan di Mana?
Para pejabat Israel sebelumnya menyatakan kalau beberapa dari 240 tawanan yang ditangkap oleh pejuang Hamas selama serangan mendadak mereka terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober kemungkinan berlokasi di bawah rumah sakit Gaza.

Namun, Hecht mengakui tidak ada tawanan yang ditemukan di Al-Shifa. Dia malah menyatakan, “Kami fokus pada menghadirkan intelijen dan menghilangkan kemampuan tertentu yang kami miliki dalam intelijen.”

Belakangan, lewat sebuah unggahan di twitter, IDF mengklaim menemukan peralatan militer termasuk senjata dalam penyerangan ke Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza tersebut.

Hanya, diklaim yang dilontarkan lewat oleh juru bicara IDF, Daniel Hagari juga tidak menunjukkan ‘infrastruktur’ Hamas.

Sebagai informasi, bukti klaim-klaim Israel ini tidak menyertakan pihak ketiga atau organisasi internasional apapun saat ditemukan.

Mereka mengklaim ‘hanya’ menemukan peralatan militer. Hagari juga mengklaim menemukan seragam dari organisasi militan Palestina, Hamas.

“Di dalam rumah sakit, kita menemukan senjata, peralatan intelijen, dan peralatan militer,” katanya.

Benda-benda tersebut yang ditemukan di sebuah ruangan rumah sakit itu, bukan di terowongan bawah tanah, disebut Israel sebagai bukti rumah sakit ini adalah markas operasional Hamas.

“Kita juga menemukan markas operasional dengan peralatan komando dan seragam milik Hamas,” katanya dikutip dari Times of Israel.

IDF pun lantas mempublikasi foto senjata, granat, dan peralatan lainnya yang diklaim olehnya ditemukan di RS Al-Shifa.

Berdasarkan temuan ini, IDF menuding Hamas telah melanggar hukum internasional.

“Temuan ini dengan tegas membuktikan kalau rumah sakit tersebut digunakan untuk teror, dan merupakan pelanggaran hukum,” kata Hagari.

Dalam video tersebut, juru bicara IDF lainnya, Jonathan Conricus yang berada di dalam gedung RS Al-Shifa mengklaim pihaknya menemukan tiga tas ras ransel yang tersembunyi di sekitar laboratorium MRI.

Dalam tas tersebut, Conricus mengklaim berisi senapan serbu, granat, seragam hamas, serta sejumlah magasin dari senapan serbu milik Hamas.

Selain itu, ditemukan pula sebuah laptop yang selanjutnya akan diteliti dan diselidiki.

“Senjata ini tentu tidak ada gunanya jika berada di dalam rumah sakit,” kata Conricus.

Pasca-penemuan ini, IDF menyebut akan terus melakukan operasi di RS Al-Shifa untuk mencari informasi intelijen dan aset Hamas, serta mencari sejumlah sandera yang belum ditemukan.

Namun, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas membantah klaim tersebut, dan mengatakan pasukan Israel “tidak menemukan peralatan atau senjata apa pun di rumah sakit.”

“Pada dasarnya kami tidak mengizinkan senjata di rumah sakit mana pun,” kata Direktur Kementerian Kesehatan Munir al-Bursh dalam sebuah pernyataan, dilansir alarabiya.net.

AFP juga tidak dapat memverifikasi foto-foto tersebut secara independen.

Kementerian mengatakan tentara Israel justru menghancurkan peralatan medis yang hanya ada di rumah sakit itu dan menahan dua insinyur yang bekerja di bagian oksigen dan pasokan listrik rumah sakit.

Belakangan, laporan terbaru menyebut, Israel akhirnya menarik pasukannya dari Rumah Sakit Al-Shifa pada Kamis (16/11/2023), hanya sehari setelah menyerbu masuk, menggeledah, menahan dan menggeledah para pengungsi warga Palestina di fasilitas kesehatan tersebut.