Hidup Susah Hingga Harus Makan Ikan Bekas Kucing, Wanita ini Sekarang Penghasilannya Rp 25 Miliar Perbulan


Tak dipungkiri, selalu ada cerita masa lalu pahit dan pilu dibalik kisah sukses seseorang. Termasuk kisah wanita muslimah berparas cantik, Fatimah Azzahra, yang kini menjadi pengusaha sukses.

Fatimah meraih kesuksesan benar-benar dari ‘0’ (Nol). Tak ada yang bisa menyokongnya selain tekadnya sendiri, sebab Fatimah hidup di panti dan juga sempat mondok di pesantren.

Dengan lingkungan hidupnya itu pula, kehidupan yang pahit dan sakit jadi batu kerikil dalam kehidupan Fatimah. Kelaparan pun sudah menjadi sesuatu hal yang biasa dijalaninya, hingga membuatnya rutin berpuasa karena saking tak punya sesuatu yang bisa dimakan.

“Saya puasa berhari-hari dan setiap buka puasa cuma minum air mentah karena memang saat itu di pesantren,” cerita Fatimah saat tampil di acara Kopi Viral yang tayang di kanal YouTube TRANSTV Official, Selasa (14/9), dilansir dream.co.id.

Hingga pilunya, di suatu momen dirinya harus memakan ikan bekas kucing.

“Hari ketiga saat saya perihnya bukan main, nah itu saya berdoa ‘Ya Allah datangkan saya rezeki untuk buka puasa dari mana saja’,” kenang Fatimah.

Tiba-tiba ada seekor kucing membawa ikan bekas, dengan kata lain ikan mentah utuh yang belum sempat disantap si kucing.

“Begitu tiba di depan saya, kaget lihat saya jadi ikannya gak kebawa. Ikannya mentah terus saya bakar,” sambung dia.

Siapa menyangka, sulitnya hidup di masa lalu menjadikan Fatimah sebagai sosok tangguh yang kini mampu mengangkat derajat hidupnya sebagai pengusaha sukses.

Pundi-pundi rupiah masuk ke kantongnya dari hasil penjualan tanaman herbal Virgin Coconut Oil (VCO).

“Saya mempelajari herbal. Kebetulan sebelah kontrakan ada warnet, jadi saya googling. Saya menyimpulkan banyak sekali pengobatan menggunakan tanaman-tanaman yang ada di sekitar kita,” tuturnya.

Tak hanya itu, Fatimah juga menjadi pengusaha hijab dan produk kecantikan yang omzetnya bahkan hingga puluhan miliar rupiah.

“Sebelum pandemi sih (omzetnya) sudah berada di Rp 25 miliaran satu bulan. Setelah pandemi sampai sekarang belum ada kenaikan,” ungkapnya.

======

Mengenali Efek Samping Kemoterapi

Efek samping kemoterapi ada beragam dan keluhannya bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Efek samping kemoterapi ada yang langsung dirasakan setelah setiap sesinya tapi bersifat sementara, ada juga yang muncul kemudian setelah seluruh sesi kemoterapi selesai.

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker yang dirancang untuk membunuh sel kanker yang membelah dengan cepat.

Meski mampu membunuh, menghentikan penyebaran, dan mengurangi gejala kanker, kemoterapi bisa saja merusak sel sehat yang berada di sekitarnya. Sel sehat yang ikut rusak inilah yang dapat memicu timbulnya ragam efek samping.

Macam-Macam Efek Samping Kemoterapi

Berikut adalah beberapa efek samping kemoterapi yang tergolong umum:

1. Rasa lelah

Sama dengan efek samping radioterapi, kemoterapi juga bisa menyebakan kelelahan. Kelelahan dapat terjadi karena obat yang digunakan untuk kemoterapi bisa merusak sel di sumsum tulang belakang yang merupakan tempat sel darah merah diproduksi.

Efeknya, produksi sel darah merah dapat menurun dan organ tubuh tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup sehingga memicu munculnya rasa lelah. Tak hanya itu, pasien juga berisiko untuk terkena anemia.

2. Mual dan muntah

Efek samping kemoterapi berikutnya adalah mual dan muntah. Keluhan yang bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah kemoterapi selesai dilakukan ini bisa dipicu oleh beberapa hal.

Salah satunya adalah adanya sinyal dari area otak yang disebut zona pemicu kemoreseptor (CTZ) yang bereaksi terhadap bahan kimia pada obat kemoterapi sehingga memicu terjadinya mual dan muntah. Tingkat keparahan mual dan muntah pada setiap pasien bisa berbeda, tergantung pada dosisi obat yang diberikan.

3. Rambut rontok

Kemoterapi bisa menyebabkan kerontokan rambut, termasuk pada area bulu mata, alis, ketiak, dan kemaluan. Kerontokan ini bisa terjadi karena obat kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tapi juga mungkin untuk menyerang sel lain yang ada di tubuh, termasuk pada akar rambut.

4. Sariawan dan sakit tenggorokan

Kemoterapi juga berisiko merusak sel-sel sehat di dalam mulut dan tenggorokan sehingga menyebabkan area mulut dan tenggorokan mengalami luka.

Luka yang terbentuk ini disebut dengan mukositis dan ditandai dengan beragam gejala, seperti nyeri pada mulut, sariawan, infeksi, hingga perdarahan. Mukositis tanpa disertai dengan infeksi biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 2−4 minggu.

Namun, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan dapat membuat pasien sulit untuk mengunyah atau menelan.

5. Diare

Efek samping kemoterapi berikutnya adalah diare. Diare dapat terjadi karena obat kemoterapi yang digunakan dapat merusak sel-sel sehat yang melapisi usus. Selain diare, keluhan lain yang mungkin muncul terkait kesehatan saluran cerna adalah sembelit dan perut kembung.

Untuk mengurangi ketidaknyaman ini, pasien disarankan untuk mengonsumsi air putih yang cukup setiap harinya agar terhindar dari dehidrasi.

6. Imunitas tubuh menurun

Kemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh. Pasalnya, pengobatan ini bisa menurunkan produksi sel darah putih yang berperan penting dalam melawan infeksi dan mencegah berbagai macam penyakit.

Selain keluhan di atas, efek samping kemoterapi lain yang dapat muncul adalah kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri akibat kerusakan saraf, gangguan konsentrasi, perubahan mood, hingga masalah pada sistem reproduksi.

Efek samping tersebut biasanya akan hilang setelah tindakan kemoterapi selesai. Namun, ada pula yang baru muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca pengobatan kemoterapi berakhir.

Efek samping yang datang terlambat ini bisa beragam, seperti kerusakan jaringan paru-paru, gangguan jantung, infertilitas, gangguan ginjal, kerusakan saraf, hingga risiko untuk terkena kanker kembali.

Obat kemoterapi memberikan efek samping yang berbeda pada setiap orang. Untuk mengurangi efek samping kemoterapi dan memantau risiko terjadinya efek samping yang muncul terlambat, Anda perlu tetap rutin memeriksakan diri ke dokter meski penyakit kanker yang diderita telah sembuh atau Anda tidak lagi menjalani kemoterapi.

======

Amankah Ibu Menyusui Makan Pedas?

Sebagian ibu menyusui khawatir untuk mengonsumsi makanan pedas karena takut ASI yang mereka produksi juga akan terasa pedas dan membuat bayi tidak mau menyusu, bahkan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan bayi. Sebenarnya, amankah ibu menyusui makan pedas?

Larangan mengonsumsi makanan pedas saat menyusui memang sudah menjadi kepercayaan yang lumrah di masyarakat Indonesia. Bahkan, larangan ini sudah berlaku sejak seorang wanita mengandung.

Ibu Menyusui Boleh Makan Pedas

Makan pedas saat menyusui boleh-boleh saja dan aman, kok, asalkan makanan pedas yang Busui konsumsi masih dalam jumlah yang normal atau tidak terlalu banyak porsinya.

Segala yang Busui konsumsi memang bisa memengaruhi rasa dan aroma ASI. Namun, bukan berarti makanan pedas lantas membuat ASI Busui jadi terasa pedas juga, ya.

Busui perlu tahu bahwa ASI hanya mengambil sari-sari nutrisi dari apa yang Busui makan. Jadi, Busui tidak perlu khawatir untuk makan pedas, karena ASI yang akan diminum Si Kecil tidak akan membuatnya kepedasan.

Risiko Makan Pedas Saat Menyusui

Kendati aman dan tidak membahayakan bayi, mengonsumsi makanan pedas tetap bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan bagi ibu menyusui, terlebih jika memakannya dalam jumlah yang terlalu banyak.

Ini dikarenakan kandungan capsaicin pada makanan pedas bisa mengiritasi lambung selama proses pencernaan terjadi. Oleh sebab itu, konsumsi makanan pedas terlalu banyak bisa menyebabkan gangguan pencernaan, mulai dari diare, nyeri perut, hingga kambuhnya gejala maag atau penyakit asam lambung (GERD).

Bila kesehatan Busui terganggu, Busui nantinya bisa kesulitan untuk menyusui Si Kecil. Padahal setiap 1 hingga 2 jam sekali, bayi harus disusui secara rutin untuk menunjang pertumbuhannya.

Setelah mengetahui informasi di atas, kini Busui tidak perlu khawatir untuk makan pedas, meski sekarang masih aktif menyusui Si Kecil. Bila dikonsumsi sesekali, makanan pedas cukup aman dan jarang berisiko untuk membahayakan kesehatan Busui dan Si Kecil.

Namun, bila setelah makan pedas Busui mengalami nyeri perut, perih di dada, atau buang air besar terus-menerus, segera hentikan mengonsumsi makanan pedas tersebut.

Biasanya keluhan akibat makan pedas bisa membaik dengan sendirinya, tanpa perlu pengobatan serius. Jika keluhan tidak segera mereda dalam waktu 2 hari hingga menyebabkan Busui mengalami dehidrasi atau sulit menyusui, periksakanlah diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Tags: #efek samping kemoterapi #hidup susah hingga harus makan bekas kucing #ibu menyusui makan pedas