NASIB Butet Kartaredjasa Dilaporkan ke Polisi Usai Mengaku Diintimidasi,Kini WA dan Telepon Lumpuh


Budayawan Butet Kartaredjasa dilaporkan ke Bareskrim Polri imbas pengakuannya mendapat intimidasi saat menggelar pertuntujukan teater di di Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2023).

Dalam pertunjukan teater bertajuk “Musuh Bebuyutan” karya Butet Kartaredjasa dan Agus Noor itu, sang budayawan diminta menandatangani surat pernyataan oleh polisi.

Lewat surat pernyataan itu, Butet harus berkomitmen tidak ada unsur politik di dalam pertunjukan teater itu.

“Pertunjukan kali ini setelah 41 kali kami main, baru kali ini saya harus membuat surat pernyataan tertulis kepada polisi,” ucap Butet, dikutip dari Youtube Kompas TV, Selasa (5/12/2023).

“Keren! Selamat datang Orde Baru,” ucap Butet yang kemudian disambut teriakan penonton.

Saat tampil di mimbar bebas bertajuk Gerakan Mahasiswa Selamatkan Demokrasi di kampus Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, Rabu (6/12/2023), Butet kembali mengurai pengalaman pahitnya itu.

“Aku kehilangan kemerdekaan mengartikulasikan pikiran ku, aku dihambat kebebasan berekspresi, padahal UUD, seperti dikatakan dirjen kebudayaan, amanah kongres kebudayaan jelas menyebutkan kebebasan berekspresi hak mendasar, hak mutlak rakyat indonesia, polisi mengartikan intimidasi secara naif, hanya soal fisik,” ungkapnya.

Menurut Butet, izin dari kepolisian itu harusnya hanya untuk kesenian yang berpotensi mengganggu ketertiban umum.

Tetapi jika kesenian ditampilkan di tempat seni, taman budaya, komunitas seni, Taman Ismail Marzuki, padepokan yang memang tempat seni cukup pemberitahuan saja karena gak ada gangguan ketertiban umum.
“Tugas polisi adalah mengantisipasi ancaman ketertiban umum, tapi dalam pertunjukan kami. Seminggu sebelumnya saya harus menandatangani surat yang salah satu itemnya berbunyi “Saya harus mematuhi, tidak bicara politik, acara saya tidak boleh untuk kampanye, tidak boleh ada tanda gambar, tidak boleh urusan pemilu”,”lanjutnya.

Menurutnya meskipun ia menampilkan cerita biasa, baru kali ini sejak tahun 1998 polisi menambahkan redaksional akan aturan tidak boleh membicarakan politik yang harus ditandatanganinya.

“Itu menurut saya intimidasi. Intimidasi tidak harus pertemuan langsung, tidak harus ada pernyataan verbal dari polisi, polisi datang marah-marah, bukan itu,” lanjutnya.

Ia mengaku hanya menceritakan fakta dan tidak berani menuduh kalau polisi alat negara di masa kampanye ini mulai mengintervensi kehidupan publik.

“Cuman menceritakan fakta, saya yakin masyarakat Indonesia ini, masyarakat yang cerdas, bisa menilai dengan sendirinya. Kalau saya kolasi, kontennya kurang lebih seperti itu, lebih itu karena banyak mahasiswa, saya yakini kalau mahasiswa yang hadir di acara kita ini adalah pemilik masa depan bangsa dan negara,”pungkasnya.

Atas pernyataannya ini, Butet dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Advokat Lingkar Nusantara (Lisan) pada Jumat (8/12/2023) petang.

Wakil Ketua Umum Lisan, Ahmad Fatoni, menyebut jika laporan ini berkaitan dengan kegiatan pentas teater yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (1/12/2023).

“Hari ini kami berencana melaporkan salah satu seniman yaitu Pak Butet dalam dugaan menyebarkan berita bohong dalam kegiatan pentas seni pada 1 Desember di TIM,” kata Fatoni di Bareskrim Polri, Jumat.

Ada dua hal yang mendasari laporan Lisan tersebut.

Yaitu pernyataan Butet Kartaredjasa yang menyebut telah mendapatkan intimidasi dari pihak kepolisian dalam pentas teater di TIM.

Fatoni mengatakan, pernyataan Butet telah diklarifikasi oleh sejumlah pihak yang menyebutkan bahwa tidak ada intimidasi dalam gelaran pentas tersebut.

“Panitia penyelenggara yang dalam hal ini secara langsung mengurus perizinan menyampaikan tidak pernah ada intimidasi dari kepolisian. Kadiv Humas Polri juga sudah menyampaikan hal yang sama, tidak ada intimidasi dari pihak kepolisian dari acara tersebut, khususnya kepada Pak Butet,” kata Fatoni dikutip dari Kompas.tv.

Atas dasar itu, advokat Lisan menduga adanya tindak pidana penyebaran berita bohong atau hoaks yang dilakukan oleh Butet.

Fatoni menilai pernyataan Butet soal intimidasi tersebut adalah informasi yang menyesatkan.

“Jadi, sudah jelas menurut kami bahwa hal yang disampaikan Pak Butet adalah hal yang menyesatkan, kami menduga ini masuk dalam dugaan tindak pidana berita bohong atau hoaks,” ucap dia.

Dia pun memastikan bahwa laporan ini tidak berkaitan dengan dinamika politik Tanah Air.

Telepon dan WA TIba-tiba Lumpuh

Hingga berita diunggah, belum ada konfirmasi dari Butet terkait laporan tersebut.

Di unggahan Instagram terbaru miliknya, Butet jusru mengaku nomor telepon dan WhatsApp (WA) miliknya tiba-tiba lumpuh.

Akibatnya dia mengaku tidak bisa komunikasi dengan siapa pun melalui teleponnya.

Butet menjelaskan bahwa sejak pagi tadi, komunikasi dari luar tidak dapat masuk melalui ponselnya.

Ia lantas meminta bagi rekan yang hendak menghubunginya dapat mengontak ke nomor sang istri.

Soal handphone yang mendadak lumpuh diungkapkan oleh Butet melalui akun Instagram miliknya @masbutet, Sabtu (9/12/2023).

“HP/WA DILUMPUHKAN. Mulai pagi ini akses komunikasi kepadaku sdg dilumpuhkan. Silakan yg mau kontak ke nomer rumah atau nomer bojo,” tulis Butet.

Kompas TV mencoba menghubungi pihak Butet Kartaredjasa, tetapi belum ada jawaban.

Siapa sebenarnya Butet Kartaradjasa

Melansir Tribun Wiki, Butet Kartaredjasa lahir di Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia, pada 21 November 1961.

Ia memiliki nama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa.

Butet Kartaredjasa dikenal sebagai seorang seniman Indonesia.

Memang ia dibesarkan di lingkungan keluarga seniman.

Butet Kartaredjasa merupakan anak dari Bagong Kussudiardjo, seorang seniman legendaris.

Selain itu, Butet juga merupakan kakak dari Djaduk Ferianto yang juga berprofesi sebagai seniman.

Butet Kartaredjasa sendiri dikenal sebagai seniman yang bisa menirukan berbagai suara tokoh.

Memang ia sudah memiliki ketertarikan terhadap dunia seni sejak kecil.

Hingga kini, ia masih suka menonton tobong dan membatik.

Karier

Pada awalnya, Butet Kartaredjasa menjadi seorang penggambar vignet.

Selain itu, ia juga menjadi penulis freelance untuk liputan masalah-masalah sosial budaya, baik di media lokal maupun nasional.

Butet juga terjun di dunia seni peran.

Dirinya pernah tergabung dengan berbagai teater mulai tahun 70-an hingga sekarang.

Di televisi, Butet Kartaredjasa pernah memainkan peran sebagai Si Butet Yogya (SBY) dalam Republik Mimpi yang tampil di Metro TV.

Sejak tahun 2010, Butet Kartaredjasa bersama Slamet Rahardjo dan Cak Lontong bermain dalam program Sentilan-Sentilun yang tayang di Metro TV.

Ia juga membintangi berbagai judul film layar lebar.

Bersama Agus Noor dan Djaduk Ferianto, ia menggagas Indonesia Kita pada 2011.

Ponsel Butet Kartaredjasa Dilumpuhkan, Yenny Wahid Bilang Pelaku Bukan Orang Sembarangan

Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Yenny Wahid, menyoroti dugaan peretasan yang membuat lumpuhnya akses komunikasi telepon seluler seniman Butet Kartaredjasa pasca pertunjukan bermuatan satire politik di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Satu dugaan yang berkembang, pelumpuhan akses komunikasi Butet itu disinyalir masih berkaitan dengan dugaan intimidasi saat Raja Monolog asal Yogyakarta itu akan menggelar pentasnya pada 1 Desember 2023.

“Kalau memang benar kejadian itu upaya yang disengaja, maka hal itu sangat berbahaya bagi kehidupan demokrasi,” kata Yenny Wahid di Yogyakarta, Ahad, 10 Desember 2023.

Sebagai seorang awam, putri mendiang Gus Dur itu melihat peretasan telepon seluler, di zaman kecanggihan teknologi yang butuh verifikasi akses serba ketat saat ini, bukan perkara gampang.
“Yang memiliki kemampuan hacking atau meretas seperti itu biasanya kan bukan sembarang orang,” kata Yenny.

Meski demikian, Yenny juga mengatakan pemutusan akses komunikasi seseorang di era yang serba terbuka saat ini tidak akan terlalu banyak berpengaruh. “Karena masih ada banyak cara untuk berkomunikasi. Kalau ponsel atau WA (Whatsapp) di-hack, toh masih ada media sosial,” kata dia.

Yenny menambahkan, karena sampai saat ini belum diketahui pelaku pembajak tersebut, ia menyarankan Butet melapor ke aparat hukum. “Di situ nanti kita akan lihat, apakah aparat akan akomodatif dan menindaklanjuti itu atau tidak,” ujar Yenny.

Pelaporan ke aparat penegak hukum itu, kata Yenny, juga akan membuat terang benderang persoalan yang terjadi. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan yang tak perlu. “Karena mungkin saat ini ada orang akan mengkait-kaitkan kejadian yang dialami Pak Butet itu.”